Belajar dari kematian…..

2 Jun

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus.
Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat.
Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan. ” Maaf Nona, apa Anda tidak takut terjadi sesuatu yang tidak baik menimpa Anda dengan berpakaian seminim ini ? ”, ” maksud bapak apa ? suka-suka saya, begini ini kan hak saya, saya mau pakai baju atau mau telanjang itu semua hak prerogatif saya ! ”, ” tapi kan Non kelihatannya kurang sopan dilihat dan aturan agamapun melarang ”.

Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang.

“Oke, Oke kalau begitu , Jika memang bapak yang benar, ini ponsel saya, tolong lapor ke Tuhan Anda dan Tolong pesankan saya, tempat di neraka , sekarang juga !!

Sebuah respon yang sangat frontal. Dan sang bapak pun hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun.
Tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada didekat pintu keluar. “Bangunkan saja!” begitu kira-kira permintaan para penumpang. Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan

Sahabat …
Kematian itu PASTI datangnya…

Cukuplah kematian sebagai pelajaran buat kita
Cukuplah kematian sebagai nasehat buat kita

Kemanapun kita pergi…
Kepada siapapun kita berlindung…
Dengan apapun kita menghindar…
Bila sudah saatnya KEMATIAN datang…
Kita tidak bisa pergi, berlindung atau menghindar…

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu KEMATIAN!” (HR. Tirmidzi)

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

# Kematian mengingatkan bahwa WAKTU SANGAT BERHARGA
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat, Allah swt dalam FirmanNya : “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (Al-Anbiya :1)

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….” (Ibrahim :44)

# Kematian mengingatkan bahwa KITA BUKAN SIAPA-SIAPA
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

# Kematian mengingatkan bahwa KITA TAK MEMILIKI APA-APA
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergipun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

# Kematian mengingatkan bahwa HIDUP ADALAH SEMENTARA
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

# Kematian mengingatkan bahwa HIDUP BEGITU BERHARGA
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

22 Tanggapan to “Belajar dari kematian…..”

  1. deny marisa 2 Juni 2010 pada 3:45 pm #

    aku baru saja kehilangan nenekku.. 😦
    beliau baru aja meninggal hari senin lalu.. 😥

    • setyantocahyo 2 Juni 2010 pada 5:05 pm #

      inalillahi wainnailaihi raji’un…
      ikut berbelasungkawa ya mas.., smoga arwah nenek diterima disisiNya..
      dan diberikan kekuatan iman utk yg ditinggalkannya…amiin.

    • Red 3 Juni 2010 pada 3:15 pm #

      marisa: turut berduka, semoga nenek marissa dilapangkan jalannya menuju kedamaian abadi

  2. Delia 2 Juni 2010 pada 6:06 pm #

    Tiap hembusan nafas entah dimana pasti peristiwa ini terjadi..
    kita sungguh tidak tahu..
    semoga kita meninggal dalam keadaan baik ya Pak…

    Terima kasih pak

    • setyantocahyo 2 Juni 2010 pada 8:06 pm #

      delia benar…
      khusnul khotimah itu yang menjadi harapan kita semua….

  3. setitikharapan 2 Juni 2010 pada 7:41 pm #

    Sebuah kisah dan nasehat agar kita selalu meberikan yang terbaik disetiap detik kehidupan. Karena sungguh kematian tak mengenal usia, tempat dan kondisi.

    • setyantocahyo 2 Juni 2010 pada 8:13 pm #

      benar pak..
      smoga kita senantiasa diberi kekuatan iman untuk selalu mengingatNya..setiap saat.., setiap waktu…., sebelum ajal menjemput kita..

  4. Andi 2 Juni 2010 pada 9:14 pm #

    namun ada beberapa orang yang menganggap bahwa kematian adalah jalan tercepat untuk bisa mencapai surga dan bertemu dengan Allah.

    renungan dan nasihat yang sangat bagus pak. terima kasih.

    • setyantocahyo 3 Juni 2010 pada 8:05 am #

      pengertian yg keliru tentunya…

      salam hangat sll.

  5. ariefien 2 Juni 2010 pada 10:31 pm #

    kematian pasti datang menghampiri kita, yg bisa kita lakukan adalah mempersiapkn datangnya kematian untuk menghadap Alloh…
    smoga saja kita slalu mngingat Alloh….

    • setyantocahyo 3 Juni 2010 pada 8:06 am #

      agar kita senantiasa mempersiapkan diri untuk itu….

      salam hangat sll.

  6. sentil 2 Juni 2010 pada 11:18 pm #

    hendaknya kita senantiasa berbuat yang terbaik setiap hari seakan besok kita akan mati….insya Allah

    • setyantocahyo 3 Juni 2010 pada 8:08 am #

      ya benar sekali…

      salam kenal n terima kasih
      atas kenjungannya.

    • setyantocahyo 5 Juni 2010 pada 9:43 pm #

      setuju mas…smoga kita sll ingat padaNya…

      salam hangat sll.

  7. Red 3 Juni 2010 pada 12:51 am #

    mantap artikelnya ini.. aku kasih linknya di fb yah!

  8. kang ian 4 Juni 2010 pada 1:52 am #

    masya alloh..mengingatkan diriku yang sering lalai ini pak
    makasih … 🙂

  9. sunflo 4 Juni 2010 pada 3:35 am #

    sesuatu yang pasti akan datang dan kita harus mempersiapkannya

    • setyantocahyo 4 Juni 2010 pada 8:55 am #

      amin…
      moga kita sll dibawah bimbinganNya…

      salam hangat sll.

  10. Bening 5 Juni 2010 pada 6:36 pm #

    Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Itu difirmankan Allah Swt.

    Dalam menjalankan tugasnya,malaikat pencabut nyawa berpedoman pada 3 hal alias 3 TAK.

    – TAK peduli umurmu berapa : mati tak harus yang tua dulu, baru yang muda.

    – TAK peduli siapa kamu : jenderal atau kopral, direktur atau kondektur, majikan atau pelayan bisa mati.

    – TAK peduli sedang apa kamu : ada yang mati ketika sholat, sujud, dzikir, perang, di kompleks WTS, mbecak, dll.

    So, mari kita bersiap menyongsong kematian itu dengan sebaik-baik bekal yaitu iman dan taqwa.

    Terima kasih atas artikelnya yang bermakna.

    Salam hangat dari Bening.

    • setyantocahyo 5 Juni 2010 pada 9:19 pm #

      terima pak dhe.. dengan 3 TAK nya…
      semoga kita semua pada saatnya nanti akan meninggalkan dunia ini dg khusnul chotimah…
      amiin.

      salam hangat sll.

Tinggalkan Balasan ke setyantocahyo Batalkan balasan

PrimeEdges

Frames, Green, Rustle and Sweet Tea

CahayaCahya

Selalu bersinar, Selalu menerangi

Sepakbola & Kehidupan

"Menelaah hidup dari sepakbola...." (roysemut)

Ramlannarie's Blog::...

Iseng-iseng bermanfaat, bisa menambah sedikit ilmu, dan pengetahuan tentang pendidikan dan lainnya......

INFO RUMAH

Property Review | Tips Renovasi | Design & Dekorasi | Berbagi informasi dan tips seputar rumah dan sebagainya

Sitsetsut's Blog

blog anak muda yang selalu ceria...

Endahsetyolaras's Blog

Just another WordPress.com weblog

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.

حَنِيفًا

haniifa.wordpress.com

LAMAN MENULIS GAYA SENDIRI G2

Menulis Untuk Perkongsian Bijak

Just Share

Berbagilah selama Anda masih memiliki sesuatu untuk berbagi. Karena hidup ini akan terasa lebih indah jika setiap orang saling mengerti antara satu dengan yang lain..

Blog Fisika Pak Teguh Pekalongan

Berbagi Informasi tentang Media Pembelajaran Fisika, IPA, dan TIK

KEMBALI KE NGGUMENG

perjalanan pembalasan idealisme yang ter-patah-kan

Brotoadmojo

Melihat, Mendengar, Merasa, (Kadang) Meraba

NgOPi

Ngawi On Picture

Indahnya Berbagi

"berbagi Lewat Tulisan"

ND KIDS MOESLIM WEAR

Pusat Pemesanan Seragam Muslim

Tuwowo ataw Tawawa

Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending